Surat Terbuka Warga Makassar untuk Menpora Heboh di Dunia Maya
Harusnya Hari ini 27 oktober 2016 sudah dimulai Kongres PSSI di Makassar, namun karena alasan yang tidak logis, Menpora Imam Nahrawi membatalkannya dengan alasan yang tak cukup untuk masuk akal.
Akhirnya, sebuha surat yang ditulis oleh pemuda makassar bertebaran di dunia maya dan berharap Menpora membaca secara seksama dan penuh penghayatan. 😀 berikut surat tersebut :
Kepada Imam Nahrawi,
Assalamualaikum, Pak Imam. Saya berharap pagi ini Anda tidak sedang flu. Televisi menampilkan Anda sedang di Bandung, kemarin. Di bawah terik matahari, menekan tombol yang menandai dimulainya Peparnas. Jika tak cukup vitamin, virus sungguh musuh.
Saya seseorang di Makassar. Hari ini harusnya saya di bandara, memelototi satu per satu wajah yang muncul dari pintu kedatangan. Ratusan orang yang selama ini saya lihat di siaran-siaran sepak bola, akan berkunjung ke kota kami. Saya paling menantikan Kurniawan Dwi Julianto.
Sebuah tongsis sudah saya siapkan untuk itu. Fotonya akan saya pajang di ruang tamu. Dalam frame yang mungkin 5 atau 10 R.
Tetapi semua batal. PSSI tidak jadi berkongres di Makassar. Keringat anak-anak muda yang menjadi panitia, sia-sia adanya. Karpet merah digulung. Kebanggaan yang kami rencanakan berubah jadi kecewa. Koran-koran yang menyediakan space di halaman satu mesti mengubah listing.
Nama Anda, Imam Nahrawi, lalu menjadi yang paling ramai diketik di Google. Orang-orang penasaran sosok hebat itu. Yang hanya seorang diri tetapi sanggup mem-veto keputusan yang lahir dari banyak kepala.
Kalau boleh tahu, apa alasan Anda sampai tak rela kebangkitan PSSI dirancang dari Makassar? Tetapi saya berharap bukan karena saat datang ke sini, 20 Agustus lalu, Anda tak diajak makan coto. Apalagi, UNM yang mengundang Anda siang itu konon tetap menyediakan barongko dan segala penganan yang sanggup membuat Anda ingin datang lagi. Termasuk pisang epe.
Di sebuah media online, Anda mengajak publik tak membesar-besarkan pilihan Anda kepada Yogyakarta. Sebab, kata Anda, tempat hanya soal teknis. Tetapi bagi siapa saja yang pernah sekolah, alasan itu tidak cukup cerdas. Kalau tempat tidak perlu dipermasalahkan, mengapa Makassar Anda bikinkan surat rekomendasi penolakan?
Gubernur dan wali kota kami sudah menjamin, tak ada seorang pun peserta kongres yang bakal lapar atau tak kebagian kamar sejuk. Grand Clarion, Sheraton, hingga Novotel punya ruang pertemuan yang sanggup menempatkan Anda sebagai bintang di podium. Di situ juga ada barongko.
Tetapi Anda ngotot tidak mau Makassar. Yogyakarta Anda sebut lebih bersejarah. Tempat lahirnya PSSI. Alibi yang membuat Anda tampak tidak tahu, Makassar juga punya jasa besar untuk persepakbolaan negeri ini. PSM jauh lebih tua dari PSSI.
Di kantor Anda tentu juga ada peta Indonesia. Tatap baik-baik. Makassar juga ada di situ.
Namun semoga pernyataan itu bukan untuk menutupi kabar buruk yang dibawa teman saya ke meja warkop sore itu. Anda coba menjadi penawar kekhawatiran beberapa orang yang berpeluang tidak terpilih menjadi ketua umum bila pemilihan digelar di Makassar. Mereka takut para peserta kongres merasa berutang budi pada Erwin Aksa, yang bersedia menanggung segala biaya hajatan.
Bila ada yang percaya isu itu, Anda tentu tak boleh marah. Sebab nyatanya, Anda memang baru memunculkan kengototan itu setelah orang-orang seperti Umuh menunjukkan ketidaksenangannya pada Makassar.
Kami mohon Anda jangan pernah lagi datang ke Makassar. Tidak pantas seorang menteri di Republik Indonesia menunjukkan pilih kasih seperti itu. Kalau Anda masih ingin makan barongko atau pisang epe, titip saja alamat lengkap. Kami akan kirimkan via JNE atau Tiki. Jangan cemas ada sianida. Kami tak sejahat itu.
Anda tetap di Jawa sana. Toh Makassar bukan Indonesia lagi di mata Anda.
Tetapi kami tetap mengucapkan selamat. FIFA tak sampai membekukan lagi sepak bola Indonesia. Sebab seandainya itu terjadi lagi, sejarah akan mencatat nama Anda sebagai orang yang dua kali menghilangkan hiburan bagi ratusan juta rakyat. Sepak bola di televisi adalah alasan bagi banyak orang tetap tersenyum di sore dan malam hari.
Sekian dulu ya, Pak Imam. Perbanyaklah berolahraga ketimbang mencampuri urusan federasi. Jogging atau treatmil baik untuk Anda. Tetapi jangan yoga, itu lebih cocok untuk Sophia Latjuba. Sering-sering juga mencukur kumis. Anda sedikit lebih gagah dengan wajah bersih. Meski tetap tidak lebih tampan dibanding Kurniawan Dwi Julianto. @
Minggu, 16 Oktober,
Imam Dzulkifli di Makassar